Selasa, 14 Juni 2022

SEJARAH BERDIRINYA SMPIQu - SMAIQu AL BAHJAH 2 BUYUT GUNUNGJATI CIREBON

Lembaga pengembangan Dakwah Al Bahjah yang diresmikan pada tanggal 10 Januari 2010 oleh Rektor Universitas Al Ahgaf Prof. Habib Abdullah bin Muhammad Baharun dan beralamat di Jl. Pangeran Cakrabuana No. 179 Sendang Sumber Cirebon disambut baik oleh masyarakat. Perkembangan LPD Al Bahjah meliputi berbagai sektor pendidikan non formal, diantaranya Pondok Pesantren salafiyah, Pondok Tahfidz Al Quran sampai beberapa media jaringan dakwah Radioqu. Kesadaran akan kebutuhan pendidikan formal yang memadukan antara pendidikan umum dengan Al Quran mulai tumbuh di masyarakat. Hal tersebut harus diimbangi dengan penyediaan lembaga formal yang dapat mencetak calon profesional yang akrab dengan Al Quran. Oleh karena itu, tahun 2013 LPD al Bahjah menambah salah satu sarana dakwahnya dengan mendirikan pendidikan formal, yaitu Sekolah Dasar Islam Qurani (SDIQu) Al Bahjah dengan surat ijin dari dinas Pendidikan no. 421.1/19342/disdik/2014. Melihat respon positif dari masyarakat akan adanya lembaga pendidikan formal yang dilaksanakan oleh Al Bahjah tersebut, dapat di lihat dari jumlah santri SDIQu yang mencapai lebih dari 300 santri pada tahun ke-3 pendirian. Oleh karena itu maka dianggap perlu mendirikan sekolah yang menampung alumni dari SDIQu Al Bahjah. Maka pada akhir tahun pelajaran 2014/2015 mulai diresmikan SMP Islam Qurani Al Bahjah 2 Buyut Gunung Jati. Periode kepemimpinan SMP Islam Qurani Al Bahjah 2 Buyut Cirebon:
1. Periode 1 : 2015 - 2016 (Yadismanda Tisna Gustawan, S.Pd.I)
2. Periode 2 : 2016 - 2019 (Afifi, S.Pd.I)
3. Periode 3 : 2019 - Sekarang (Didin Jamidin, S.Pd.I)
Setahun berselang tepatnya pada tahun 2016 yayasan Al Bahjah mendirikan jenjang Sekolah Menengah atas dengan nama SMA Islam Qurani (SMAIQU) Al Bahjah 2 berbarengan dengan didirikannya SMA Islam Qurani di pusat. sebagai bagian dari divisi Formal yayasan Al Bahjah. Periode kepemimpinan SMA Islam Qurani Al Bahjah 2 Buyut Cirebon:
1. Periode 1 : 2016 - Sekarang (Yadismanda Tisna Gustawan, S.Pd.I)

Senin, 27 September 2021

CETAK PSB 2022 SMPIQU AL BAHJAH 2

Sabtu, 07 Maret 2020

TANTANGAN PENDIDIKAN ISLAM MASA DEPAN: DIDIN JAMIDIN

Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu komponen kehidupan yang paling urgen. Aktivitas ini telah dimulai sejak manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan dimuka bumi ini. Bahkan, kalau mundur lebih jauh, kita akan mendapatkan bahwa pendidikan mulai berproses sejak Allah SWT. menciptakan manusia pertama Adam a.s. di surga dan Allah SWT. telah mengajarkan kepada beliau semua nama yang oleh para malaikat belum dikenal sama sekali sebagaimana dalam al-Qur’an surat Al-Baqarah: 31-33.
Pendidikan, selalu mewarnai aspek peradaban manusia yang berkembang melalui budaya belajar, dengan belajar manusia bisa mengetahui dasarnya lautan, belajar pula menjadikan manusia mampu terbang meski tidak memiliki sayap. Dalam hal lain, belajar bisa membuat manusia menundukkan alam tanpa merusaknya. Tidak dipungkiri lagi, bahwa pendidikan melalui sisi pembelajarannya membangun kebudayaan bahkan peradaban, mencoba membuka tabir jahiliyyah manusia dan mencoba membentuk “insan kamil” yang berguna sekaligus berdaya guna.
Islam sebagai agama “Rahmatallil ‘Aalamiin” adalah panduan yang paling lengkap yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur pendidikan kita saat ini. Jika kurikulum hari ini bagus maka kurikulum Islam jauh lebih bagus. Rasulullah SAW adalah pendidik yang paling sempurna. Bahkan rasulullah menyebutkan sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian sesudahku, kemudian setelahnya. Lihat bagaimana Sayidina Abu Bakar, Sayidina Umar, Sayidina Utsman dan Sayidina ‘Ali dididik langsung oleh beliau dan hasilnya sungguh mengagumkan.

Begitupun ketika masa Imam Syafi’i Rohimahullah dididik langsung oleh ibu beliau. Disinilah peran pendidikan Ibu sangat penting, karena ibunyalah yang mula-mula menjadikan imam Syafi’i sebagai ahli Fiqih, dikisahkan bahwa ibu Imam Syafi’i tidak memperbolehkan Assyafi’i pulang kerumah sebelum mampu dan ahli dalam bidang ilmu. Imam Ahmad juga seorang ahli fiqih yang langsung mendidik anaknya Abdullah sehingga Abdullah ahli dalam bidang hadits, sampai dikisahkan beliau memberikan kurang lebih seribu hadits untuk dihafal anaknya Abdullah tetapi ternyata itu adalah hadits dhoif atau lemah. Inilah peran seorang ayah dalam mendidik anaknya. Imam malik Rohimahullahu ta’ala juga seorang ahli fiqih yang berperan dalam mendidik imam syafi’i seorang guru yang tawadu’ yang tidak merasa tersaingi oleh muridnya. Inilah peran seorang guru dalam mendidik murid-muridnya.
Melihat realita pendidikan dari masa ke masa akan tampak perbedaan yang signifikan dari pendidikan masa awal sampai hari ini. Dimana pendidikan awal dari masa Rasulullah sampai masa tabi’in mampu mencetak kader kader yang bisa diperhitungkan sampai dengan hari ini. Dan bukan tidak mungkin hari ini pun kita bisa menerapkan seperti apa pendidikan yang dulu pernah diterapkan pada masa awal dahulu, membuka kembali metode awal yang lenyap atau sengaja dilenyapkan.
Ada beberapa tantangan pendidikan kita hari ini dan tentunya masa yang akan datang, pertama; pendidikan hari ini sudah tidak lagi ada dukungan orang tua, orang tua yang harusnya berada pada benteng terdepan pendidikan anak kita hari ini sekarang mulai melemah, kadang orang tua tidak tahu perkembangan ilmu anak-anaknya, bahkan sekedar untuk mengambil raport anaknya saja tidak dihiraukan. Kedua; seorang guru kadang bukan menjadi tuntunan malah menjadi tontonan, apa jadinya jika seorang ahli ilmu sudah di jadikan sebagai tontonan. Mustahil ilmu akan masuk kedalam hatinya, alih-alih ilmu itu akan menjadi cahaya justru kegelapan yang didapat.
Inilah pentingnya akhlaq antara murid dengan seorang guru, bahkan para ulama sepakat bahwa seorang siswa atau murid harus mempelajari adab gurunya sebelum ilmunya. Pun seorang guru juga dituntut memahami betul apa yang disampaikan dan diajarkan kepada siswa atau muridnya karena tidak mungkin kebaikan disampaikan oleh orang yang tidak baik. Ketiga; kurikulum kita hari ini muatannya terlalu banyak namun isinya kosong, itu mengapa islam mengingatkan betapa pentingnya mengatur waktu.
Kenapa? Karena islam tidak suka hal yang sia-sia. Pendidikan yang tidak menerapkan kurikulum yang baik akan menjadi sia-sia, sekolah hanya menjadi tradisi belajar yang mengedepankan tumpukan ilmu dalam lembaran tanpa dalam ingatan. Imam Malik Rohimahullah mengatakan bahwa generasi ini akan baik jika di didik sebagaimana generasi awal dahulu di didik dan diperbaiki. Oleh karena itu sudah sewajarnya kita menggali dan mencari cara bagaimana generasi awal pendidikan sejak masa Rasulullah mendidik dan memperbaiki para sahabatnya bahkan setelahnya sampai mereka menjadi orang-orang besar.
Terkadang kita lebih percaya pada panduan pendidikan dari barat yang seolah-olah harus diterapkan. Padahal dirumah kita sendiri tidak pernah kita tengok, salah satu contoh teori barat yang mengatakan bahwa belajar untuk masa anak-anak sangat tidak cocok untuk menghafal, karena tidak ramah otak. Langsung kita mempercayai hal tersebut. Kenyataannya tidak demikian, Imam Ibnu Jauzi justru menekankan pentingnya menghafal ilmu (Al hats ‘ala hifdzil ‘ilm) mulai dari awal usia belajar. Semoga pendidikan islam dimasa depan lebih baik dari hari ini_Jangan buat gagal lagi pendidikan anak-anak kita hari ini
Wallahu ‘alam Bishowaab......”

NASEHAT BUAT ANAK: BUYA YAHYA


Seringkali Rasulullah SAW mengingatkan agar kita berbakti kepada orang tua kita. Memulyakan dan mengabdi kepada mereka. Sehingga jika ada anak yang durhaka kepada orang tuanya maka ia adalah orang yang bakal sengsara didunia dan di akhirat. Dan termasuk dosa yang akan didahulukan hukumannya di dunia sebelum di akhirat adalah dosa durhaka kepada orang tua.
Untuk memupuk benih bakti seorang anak kepada orang tuanya adalah dengan sering-sering kita menghadirkan besarnya makna perjuangan orang tua terhadap anak-anaknya di saat sang anak masih kecil.
Sungguh suatu pengabdian yang tiada tandingnya. Orang tua rela sakit demi anak, tidak nyenyak tidur demi anak dan begitu seterusnya. Perjuangan demi perjuangan beliau jalani, pengabdian demi pengabdian beliau lalui semuanya adalah demi anak.
Akan tetapi kadang seorang anak terbawa dalam kelalaian akan semua yang telah diperjuangkan oleh orang tua. Sehingga ada seorang anak membentak orang tuanya atau bahkan dengan mudah memukul orang tuanya atau menyakiti hati orang tuanya dengan lidah dan tingkah lakunya. Yang ingin melihat manusia celaka di dunia dan di akhirat cukuplah melihat seorang anak yang durhaka kepada orang tuanya.
Durhaka kepada orang tua kadang teramat halus sehingga tidak dirasakan oleh seorang anak akan tetapi ternyata seorang anak sudah berada pada hakekat kedurhakaan.
Seorang anak yang menghindar dari beban biaya rumah sakit untuk orang tuanya yang di tanggung oleh saudara-saudaranya. Disaat pembayaran biaya rumah sakit pura-pura tidak tahu atau menjauh untuk sementara dari keluarganya dengan berbagai alasan. Namun sebenarnya hanya ingin menghindar dari beban biaya pengobatan orang tuanya. Sungguh Allah Maha Tahu apa yang ada di hati sang anak durhaka ini. Sadarilah bahwa jika kita sakit seorang tua akan mengorbankan semua yang dimilikinya demi kesehatan kita.
Adalagi seorang yang durhaka dengan memanfaatkan kebaikan orang tua. Orang tuanya memang mencintainya dan berjuang untuknya. Menyekolahkannya hingga sang anak bisa berhasil dan mendapatkan pekerjaan yang nyaman, bersih dengan gaji tinggi. Sementara orang tuanya tetap tidak berubah sebagai seorang petani yang kulitnya disamping semakin hitam terbakar matahari juga semakin berkeriput dimakan usia. Akan tetapi keberhasilan sang anak tidak merubah keadaan orang tuanya. Bahkan mungkin seorang anak dengan tanpa hati nurani telah menjadikan sang ibu babu di rumahnya yang mencuci bajunya dan menyiapkan makan sang anak. Sungguh ini adalah anak durhaka yang susah bertaubat sebab ia tidak sadar jika yang demikian itu adalah durhaka.
Adalagi durhaka yang tidak dirasakan oleh seorang anak. Yaitu dikala orang tua yang sudah keriput itu tidak lagi dianggap nyaman keberadaannya di meja makan bersama. Maka seorang tua pun dibuatkan meja kecil di ruang yang agak terpisah agar tidak menggangu. Dan hanya orang durhaka-lah yang menganggap orang tuanya mengganggu.
Cukuplah orang tua kita capek di saat kita masih kecil giliran kita sudah dewasa dan orang tua kita semakin lemah mari kita mulyakan dan kita layani orang tua kita. Mengabdi berangkat dari hati yang tulus karena Allah SWT bukan hanya takut dihujat oleh masyarakatnya. Sebab ada orang mengabdi dan berlemah lembut kepada orang tuanya di depan teman dan tetangganya akan tetapi di saat tidak ada yang melihatnya maka pengabdian dan lemah lembut itupun hilang.
Wallahu a'lam bishshowab