Pendidikan dalam sejarah peradaban manusia merupakan salah satu
komponen kehidupan yang paling urgen. Aktivitas ini telah dimulai sejak
manusia pertama ada di dunia sampai berakhirnya kehidupan dimuka bumi
ini. Bahkan, kalau mundur lebih jauh, kita akan mendapatkan bahwa
pendidikan mulai berproses sejak Allah SWT. menciptakan manusia pertama
Adam a.s. di surga dan Allah SWT. telah mengajarkan kepada beliau semua
nama yang oleh para malaikat belum dikenal sama sekali sebagaimana dalam
al-Qur’an surat Al-Baqarah: 31-33.
Pendidikan, selalu mewarnai
aspek peradaban manusia yang berkembang melalui budaya belajar, dengan
belajar manusia bisa mengetahui dasarnya lautan, belajar pula menjadikan
manusia mampu terbang meski tidak memiliki sayap. Dalam hal lain,
belajar bisa membuat manusia menundukkan alam tanpa merusaknya. Tidak
dipungkiri lagi, bahwa pendidikan melalui sisi pembelajarannya membangun
kebudayaan bahkan peradaban, mencoba membuka tabir
jahiliyyah manusia dan mencoba membentuk “insan kamil” yang berguna sekaligus berdaya guna.
Islam
sebagai agama “Rahmatallil ‘Aalamiin” adalah panduan yang paling
lengkap yang dapat dijadikan sebagai tolok ukur pendidikan kita saat
ini. Jika kurikulum hari ini bagus maka kurikulum Islam jauh lebih
bagus. Rasulullah SAW adalah pendidik yang paling sempurna. Bahkan
rasulullah menyebutkan sebaik-baik generasi adalah generasiku, kemudian
sesudahku, kemudian setelahnya. Lihat bagaimana Sayidina Abu Bakar,
Sayidina Umar, Sayidina Utsman dan Sayidina ‘Ali dididik langsung oleh
beliau dan hasilnya sungguh mengagumkan.
Begitupun
ketika masa Imam Syafi’i Rohimahullah dididik langsung oleh ibu beliau.
Disinilah peran pendidikan Ibu sangat penting, karena ibunyalah yang
mula-mula menjadikan imam Syafi’i sebagai ahli Fiqih, dikisahkan bahwa
ibu Imam Syafi’i tidak memperbolehkan Assyafi’i pulang kerumah sebelum
mampu dan ahli dalam bidang ilmu. Imam Ahmad juga seorang ahli fiqih
yang langsung mendidik anaknya Abdullah sehingga Abdullah ahli dalam
bidang hadits, sampai dikisahkan beliau memberikan kurang lebih seribu
hadits untuk dihafal anaknya Abdullah tetapi ternyata itu adalah hadits
dhoif atau lemah. Inilah peran seorang ayah dalam mendidik anaknya. Imam
malik Rohimahullahu ta’ala juga seorang ahli fiqih yang berperan dalam
mendidik imam syafi’i seorang guru yang tawadu’ yang tidak merasa
tersaingi oleh muridnya. Inilah peran seorang guru dalam mendidik
murid-muridnya.
Melihat realita pendidikan dari masa ke masa akan
tampak perbedaan yang signifikan dari pendidikan masa awal sampai hari
ini. Dimana pendidikan awal dari masa Rasulullah sampai masa tabi’in
mampu mencetak kader kader yang bisa diperhitungkan sampai dengan hari
ini. Dan bukan tidak mungkin hari ini pun kita bisa menerapkan seperti
apa pendidikan yang dulu pernah diterapkan pada masa awal dahulu,
membuka kembali metode awal yang lenyap atau sengaja dilenyapkan.
Ada beberapa tantangan pendidikan kita hari ini dan tentunya masa yang akan datang,
pertama;
pendidikan hari ini sudah tidak lagi ada dukungan orang tua, orang tua
yang harusnya berada pada benteng terdepan pendidikan anak kita hari ini
sekarang mulai melemah, kadang orang tua tidak tahu perkembangan ilmu
anak-anaknya, bahkan sekedar untuk mengambil raport anaknya saja tidak
dihiraukan.
Kedua; seorang guru kadang bukan menjadi tuntunan
malah menjadi tontonan, apa jadinya jika seorang ahli ilmu sudah di
jadikan sebagai tontonan. Mustahil ilmu akan masuk kedalam hatinya,
alih-alih ilmu itu akan menjadi cahaya justru kegelapan yang didapat.
Inilah
pentingnya akhlaq antara murid dengan seorang guru, bahkan para ulama
sepakat bahwa seorang siswa atau murid harus mempelajari adab gurunya
sebelum ilmunya. Pun seorang guru juga dituntut memahami betul apa yang
disampaikan dan diajarkan kepada siswa atau muridnya karena tidak
mungkin kebaikan disampaikan oleh orang yang tidak baik.
Ketiga;
kurikulum kita hari ini muatannya terlalu banyak namun isinya kosong,
itu mengapa islam mengingatkan betapa pentingnya mengatur waktu.
Kenapa?
Karena islam tidak suka hal yang sia-sia. Pendidikan yang tidak
menerapkan kurikulum yang baik akan menjadi sia-sia, sekolah hanya
menjadi tradisi belajar yang mengedepankan tumpukan ilmu dalam lembaran
tanpa dalam ingatan. Imam Malik Rohimahullah mengatakan bahwa generasi
ini akan baik jika di didik sebagaimana generasi awal dahulu di didik
dan diperbaiki. Oleh karena itu sudah sewajarnya kita menggali dan
mencari cara bagaimana generasi awal pendidikan sejak masa Rasulullah
mendidik dan memperbaiki para sahabatnya bahkan setelahnya sampai mereka
menjadi orang-orang besar.
Terkadang kita lebih percaya pada
panduan pendidikan dari barat yang seolah-olah harus diterapkan. Padahal
dirumah kita sendiri tidak pernah kita tengok, salah satu contoh teori
barat yang mengatakan bahwa belajar untuk masa anak-anak sangat tidak
cocok untuk menghafal, karena tidak ramah otak. Langsung kita
mempercayai hal tersebut. Kenyataannya tidak demikian, Imam Ibnu Jauzi
justru menekankan pentingnya menghafal ilmu (Al hats ‘ala hifdzil ‘ilm)
mulai dari awal usia belajar. Semoga pendidikan islam dimasa depan lebih
baik dari hari ini_Jangan buat gagal lagi pendidikan anak-anak kita
hari ini
Wallahu ‘alam Bishowaab......”